C'oz Writing is Exciting...!!!

Thursday, October 05, 2006

Londo Minang

Dimuat di Harian Republika, 28 Agustus 2005

Mengikuti program KKN Universitas Andalas di bulan Juli-Agustus tahun 2001, saya menyimpan banyak cerita kenangan. Bersama delapan teman dari beberapa fakultas, saya ditempatkan di Nagari Pasia Laweh, Kabupaten Batusangkar, Sumatera Barat. Salah satu kegiatan kami adalah membuat acara 17 Agustusan yang dipusatkan di lapangan sepakbola Nagari.

Pad hari H, acara dimulai pukul 10.00 dan makin siang kian ramai dengan anak-anak yang bersemangat mengikuti lomba, seperti balap karung, memecah balon, dan memasukkan pensil ke botol. Mereka sangat antusias. Untung saja panitia sudah mempersiapkan segalanya sehingga semua bisa ikutan.

Ketika lomba makan kerupuk sedang berlangsung, aku melihat seorang anak perempuan berambut pirag berdiri saja di sudut, memperhatikan para peserta yang sebaya dengannya. Penampilan anak itu langsung mengingatkan saya pada anak perempuan bule asal Inggris yang saya kenal di KM Lambelu sewaktu mudik lebaran ke Jakarta. Jadi, saya duga dia seorang turis. Dia pasti ingin sekali ikut lomba, tapi takut tidak dimengerti, pikir saya.

Terdorong rasa iba, saya segera mendekatinya untuk mengajak dia ikut lomba. Saya menyapanya ramah, "What is your name, girl?" Tapi anak itu tidak menjawab. Saya pikir dia malu-malu, jadi saya tanya lagi (masih dalam bahasa Inggris) di mana orangtuanya, berapa umurnya, dari negara mana dia berasal, hingga apakah dia mau ikut lomba makan kerupuk. Tapi dia malah menatap saya dengan pandangan antara tertawa dan bingung. Saya mulai ragu, jangan-jangan dia berasal dari Jerman atau mungkin Belanda, sehingga tidak bisa bahasa Inggris. Sementara itu, di sekitar kami mulai banyak orang yang memperhatikan usahaku mengajaknya ngobrol.

Tak berapa lama, seorang pria berambut agak pirang mendekati kami. Dia pasti bapaknya, pikir saya. Karena penasaran, langsung saja saya bertanya, "Can you speak English, Sir?"
Eh, dengan cueknya dia menjawab, "Ambo urang Minang, Piak. Ndak pandai bahaso bule, doh." (Saya orang Minang, Dik. Tidak bisa bahasa Inggris). Seketika terdengar gelak tawa orang-orang di sekitar kami. Saya rasakan wajah saya merah padam. Ketika bapak itu berlalu, salah satu orang tua di situ memberitahu saya bahwa kedua 'bule' itu urang Pasia Laweh asli, tapi albino. Ya ampun, abis anaknya mirip banget sih sama bule Inggris, sampai nggak kelihatan ciri-ciri albinonya.

Labels:

|